[ Full Movie - Uncensored ]
Download File via Kewlshare
Download File scene 1
Download File scene 2
Download File scene 3
Senin, 27 Juli 2009
Nanami Takase in Dangerous Blowjob
Diposting oleh Ceurapee di 09.12 0 komentar
Label: BEST FULL MOVIE XXX
Minami Mizuhura - Double Hole
[ Full Movie - Uncensored ]
Download File via Kewlshare
Download File scene 1
Download File scene 2
Download File scene 3
Download File scene 4
Diposting oleh Ceurapee di 09.08 0 komentar
Label: BEST FULL MOVIE XXX
Met Art - Lavinia Chan
LAVINIA CHAN
Age: 19
Eyecolor: BLACK
Haircolor: BLACK
Height: 172 cm
Weight: 53 kg
Breast Size: Medium
Measurements: 88/63/89
Country: China
Ethnicity: Asian
Download File via Kewlshare
Diposting oleh Ceurapee di 09.06 0 komentar
Met Art - Kellie Krave
KELLIE A
Age: 20
Eyecolor: BROWN
Haircolor: BROWN
Height: 155 cm
Weight: 60 kg
Breast Size: Small
Measurements: 86/63/86
Country: Australia
Ethnicity: Caucasian
Download File via Kewlshare
Diposting oleh Ceurapee di 09.04 0 komentar
Met Art - Anna AJ
ANNA AJ
Age: 22
Eyecolor: BROWN
Haircolor: BROWN
Height: 171 cm
Weight: 48 kg
Breast Size: Medium
Measurements: 88/58/88
Country: Ukraine
Ethnicity: Caucasian
Download File via Kewlshare
Diposting oleh Ceurapee di 09.02 0 komentar
Met Art _ Lorena_B_Dielles
LORENA B
Age: 23
Eyecolor: BROWN
Haircolor: BLACK
Height: 171 cm
Weight: 55 kg
Breast Size: Small
Measurements: 85/62/89
Country: Spain
Ethnicity: Caucasian
Download File via Kewlshare
Diposting oleh Ceurapee di 09.01 0 komentar
Met Art - Iren F
IREN F
Age: 19
Eyecolor: GREEN
Haircolor: RED
Height: 163 cm
Weight: 46 kg
Breast Size: Medium
Measurements: 89/60/89
Country: Ukraine
Ethnicity: Caucasian
Download File via Kewlshare
Diposting oleh Ceurapee di 08.58 0 komentar
Bokep Korea | 23 year old girlfriend
Diposting oleh Ceurapee di 08.53 0 komentar
Label: BEST KOREA XXX
Bokep Korea | Nude girl talking
Download File via Kewlshare
Download File part 1
Download File part 2
Diposting oleh Ceurapee di 08.48 0 komentar
Label: BEST KOREA XXX
Bokep Korea | Sex Plus Another Guy
Diposting oleh Ceurapee di 08.46 0 komentar
Label: BEST KOREA XXX
Bokep Korea | Nara Dildoing on glass table
Diposting oleh Ceurapee di 08.45 0 komentar
Label: BEST KOREA XXX
Bokep Korea | several hotel room scene
Diposting oleh Ceurapee di 08.39 0 komentar
Label: BEST KOREA XXX
Bokep Korea | Locker room and bathing voyeur
Diposting oleh Ceurapee di 08.33 0 komentar
Label: BEST KOREA XXX
Liburan di Palembang
Namaku Andi, aku mau menceritakan pengalamanku waktu liburan tahun lalu. Aku kuliah di universitas swasta di Jakarta semester lima. Pacarku Nita, teman satu kampus. Aku sudah sering “ngeseks” bareng dia soalnya aku dan nita punya satu kesamaan, gampang horny.
Singkat cerita aku pulang ke kampung di Palembang, kebetulan sedang libur panjang dan lagi bosan dengan suasana Jakarta. Itung-itung refreshing. Aku tinggal di rumah pamanku di pinggiran kota Palembang, di pinggiran sungai Musi. Di sana aku mendapat kebiasaan baru, ngintipin cewek-cewek yang ke sungai tiap sore. Walaupun nggak ada acara bugil-bugilan, tapi aku memang lebih suka meliat cewek yang setengah tertutup daripada yang bugil sama sekali. Rasanya lebih seksi dan bikin penasaran.
Suatu sore, aku melihat ada seorang cewek yang lumayan manis, kulitnya coklat, body bahenol, tapi kalau dia sedang tersenyum, rasanya jantung ini mau copot. Aku mencari info sama sepupuku dan akhirnya ketahuan kalau namanya Aminah. Dua hari kemudian, kebetulan siang itu Aminah sedang belanja ke warung di sebelah rumah pamanku, kesempatan nih buat kenalan. Akhirnya dengan berpura-pura membeli rokok aku kenalan sama dia. Ternyata dia sudah setahun lulus SMA, terus nggak dilanjutin lagi karena masalah biaya. Maunya dia sih langsung kerja tapi belum dapat akhirnya sementara itu dia di rumah membantu ibunya. Aku mulai mendekatinya, ngobrol dengannya, kadang aku nekat “nyamperin” dia ke rumahnya kalau malam. Untungnya orang tuanya kenal dengan pamanku, jadinya lancar aja deh.
Dalam hitungan hari, rasa cintaku sama dia bertambah dan aku tahu kalau dia juga suka padaku.Suatu malam, kuajak dia jalan-jalan di kota, lalu nonton ke bioskop. Tadinya sih dia nolak, alasannya sih takut kemalaman. Cuma setelah dibujuk-bujuk dia mau juga. Di dalam bioskop kuambil kursi yang pojokan baris atas dengan alasan supaya nontonnya lebih jelas padahal sih.. Untungnya bioskop agak sepi, soalnya hari biasa bukan malam minggu. Waktu itu kami nonton film drama, aku lupa judulnya, tapi yang jelas adegan “kiss-kissan” dan romantisnya pasti ada lah. Pas adegan itu, aku melirik ke sebelah melihat reaksi dia, sepertinya sih dia agak risih. Mungkin karena nontonnya bareng aku kali. Aku agak ngeri juga mau ‘gerilya’ soalnya kalau dia nggak suka urusannya bisa berabe nanti.
Akhirnya dengan sedikit nekat kurangkulkan tanganku ke bahunya. Awalnya dia terkejut, tapi dia diam saja. Lampu hijau nih pikirku, tapi pelan-pelan aja lah. Selang beberapa lama, bahunya kutarik supaya merapat padaku, dan dia diam aja. Kuberanikan untuk memegang tangannya, mencium rambutnya, kubelai-belai dengan lembut, sambil sesekali kucium dahinya. Dia ternyata juga memberi reaksi dengan meremas lembut tanganku.
Kupanggil namanya, “Minah..,” dia melihat ke arahku.
“Abang sayang sama Minah.”
Dia tersenyum malu, menundukkan muka tanpa bilang apa-apa. Lalu kuangkat dagunya, dan dengan lembut kukecup bibirnya. Dia pun membalas dengan lembut. Cukup lama kami berpagutan, tanganku mulai bekerja langsung meraba payudaranya. Dia tersentak kaget, karena mungkin baru pertama kali payudaranya disentuh laki-laki.
“Jangan, Bang..” katanya sedikit memohon.
Aku hanya tersenyum dan berkata, “Sorry deh, Abang kelepasan.”
Dia pun mengangguk mengerti. Dalam hati aku berkata susah juga nih cewek, butuh perlakuan khusus nih.
Lalu kurangkul dia kembali sambil kubelai lembut lengan dan bahunya. Sesekali kucium rambutnya yang agak panjang tergerai hingga mendekati daerah leher dan telinganya. Ia sedikit bergerak karena geli, namun aku tahu semakin lama ia akan semakin terangsang. Dengan sedikit kesabaran dia terus kuperlakukan dengan lembut, menunggu saat yang tepat. Hingga akhirnya kukecup lagi bibirnya dan seperti dugaanku ia membalas dengan sedikit agresif dibanding kecupan yang pertama.
Tanganku mulai naik dari arah pinggang merambat perlahan hingga ke payudaranya tanpa ada reaksi penolakan. Kuusap lembut payudaranya yang masih kencang sambil terus mengecupnya. Nafasnya mulai memburu menikmati permainan tanganku. Lalu bergantian kedua payudaranya kuremas dengan lembut.Setelah puas merambah kedua gunung yang masih perawan, tanganku mulai turun ke arah paha dan mengelusnya dengan lembut. Secara perlahan rabaanku mulai naik ke daerah selangkangannya. Ia sedikit merapatkan pahanya, namun aku tidak peduli karena kesempatan seperti ini sulit didapat. Dengan sedikit memaksa, kusentuh kelaminnya. Karena saat itu ia memakai celana panjang dari bahan kain, lekuk vaginanya masih terasa kuraba. Dengan mengira-ngira kuelus bagian sekitar klitorisnya hingga ia sedikit mengerang karena nikmat. Terkadang jari tengahku sedikit kutekan pada lubang vaginanya dan saat itu pula pantatnya ikut menekan maju.
Sebenarnya ingin kuhentikan rabaanku karena keinginanku sudah tercapai, lagipula aku juga merasa nggak enak kalau ada orang lain yang melihat, maklumlah di kampung orang. Namun karena dia sudah menikmati rangsanganku aku pun merasa tidak tega. Sudahlah kepalang tanggung, biar sekalian kuselesaikan. Kugesek lebih cepat jariku pada bagian vaginanya terutama daerah klitoris, ditambah dengan ciuman pada daerah leher dan telinga. Dia pun semakin terangsang hingga tak lama kemudian ia mengerang dan kurasakan badannya mengejang dengan kedua kakinya sedikit mengangkat. Lalu ia menundukkan kepalanya ke dadaku. Kukecup dahinya dan kurangkul dia dengan erat.
Sebelum film selesai, kuajak dia keluar mencari udara segar, karena kami sama-sama kegerahan karena kejadian tadi. Sikapnya sangat berbeda sekarang. Tadinya kami hanya berjalan beriringan sebelum menonton bioskop, tapi sekarang kami saling berangkulan hingga payudaranya yang kencang terasa di tubuhku. Kuantarkan dia pulang ke rumahnya lalu aku sendiri pulang ke rumah pamanku.
Aku langsung masuk ke kamar dan masturbasi sambil menghayalkan kejadian tadi. Bahkan hingga dua kali berturut-turut. Dua malam kemudian ada suatu acara resepsi pernikahan di daerah itu, kebetulan orang yang mengadakan resepsi cukup terpandang di daerah itu. Setelah resepsi masih ada hiburan layar tancap sampai pagi. Kalau tidak salah malam itu malam Minggu. Ingin juga merasakan enaknya nonton layar tancap, soalnya seumur-umur nggak pernah sih.
Saat makan malam berbagai hidangan disajikan dan sebagian besar masakan padang. Aku duduk berdua dengan Aminah mulai awal pesta. Saat makan, karena tersenggol orang, Aminah menumpahkan sirop yang dipegangnya ke bajuku hingga membasahi celanaku. Kemeja putihku sebagian berwarna merah ketumpahan sirop.
“Nggak pa-pa kok, aku ganti baju aja dulu sebentar,” kataku karena melihat rasa menyesal di wajahnya.
“Saya temenin ya, Bang. Tidak enak hati saya jadinya,” katanya.
“Ngga pa-pa, Minah. Kamu makan aja dulu, biar Abang pulang sebentar. Nggak usah ditemani,” jawabku.
Tapi karena terus memaksa, aku pun membiarkannya.
Sesampai di rumah pamanku, saat itu tidak ada ornag, aku langsung melepaskan kemejaku dan melemparnya ke ember cucian, lalu naik ke kamarku untuk berganti baju. Tidak lama kemudian aku pun turun, dan kulihat Aminah sedang mencuci noda di bajuku.
“Sudah biar saja, Minah. Besok saja dicuci,” kataku.
“Tak pa-pa Bang, Cuma sebentar,” jawabnya.
Akhirnya kubiarkan karena dilarangpun tetap saja dikerjakannya. Sambil menunggu, aku mengambil air es dan kuminum. Lalu aku kembali ke kamar mandi. Sesampainya di sana kulihat Aminah dengan menunduk membelakangiku, sedikit menungging, sedang membilas bajuku. Walupun ia saat itu memakai sarung berenda khas sumsel, namun lekuk pinggul dan pantatnya sangat indah, membuatku terangsang dan tanpa terasa penisku mulai bangkit. Apalagi posisi ini posisi favoritku dan Nita di Jakarta bila sedang making love.
Goddaan setan melintas di pikiranku, apalagi sekarang rumah lagi kosong, namun tetap kutahan.Setelah selesai membilas, dan merendam pakaianku ia pun membalikkan badannya dan sesaat terhenti karena melihat aku menatapnya tak berkedip. Kulihat wajahnya yang manis dengan senyumnya yang menawan, ada sedikit butiran keringat di dahinya yang seakan menambah daya tarik.
“Kenapa, Bang?” katanya.
Aku tak menjawab, lalu kudekati dia dan langsung kukecup bibirnya. Awalnya ia membalas dengan lembut. Kubelai seluruh tubuhnya, dan kupeluk dia dengan erat sambil terus mengecup bibirnya. Entah kenapa rasanya berbeda sekali dibanding bila kulakukan ini dengan Nita. Kulepaskan kecupanku sesaat, kupandang sekali lagi wajahnya dan ia balas menatapku. Lalu kami saling berpagutan kembali, kali ini lebih menggelora. Tanganku pun mulai bergerilya ke seluruh tubuhnya, mengelus dan meremas tanpa henti.
Kemudian kugendong dia dan kubaringkan di atas kursi panjang, sambil aku berlutut, kami kembali saling berpagutan. Karena nafsuku yang sudah memuncak, akibat “puasa” hingga dua minggu lebih langsung saja kuraba vaginanya. Ternyata di balik sarungnya ia tidak memakai penutup lagi selain celana dalam. “Kebetulan nih,” pikirku. Langsung saja kuulangi peristiwa di bioskop kemarin, dan ia pun pasrah saja menikmati sentuhanku. Tidak berapa lama, kuselipkan jariku ke dalam celana dalamnya dan langsung bersentuhan dengan vaginanya. Dengan mengandalkan pengalaman bersama Nita kurangsang dia dengan mengusap klitorisnya, memainkan jari pada lubang vagina tanpa memasukkannya, membuat ia semakin bergairah dan biasanya pada akhirnya setiap wanita akan meminta kita untuk memasukkannya. Walaupun dia tidak meminta secara langsung namun secara perlahan ia mulai menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan jariku pada vaginanya. Walaupun birahiku semakin memuncak dan sulit untuk ditahan, namun aku tetap sabar. Ada kepuasan tersendiri di saat menaklukkan seorang wanita hingga memohon untuk dipuaskan.
Tidak berapa lama kemudian gerakan pinggulnya kurasakan semakin cepat dan nafasnya semakin memburu hingga jariku kewalahan untuk merangsangnya sambil menahan celana dalamnya. Perlahan kulepaskan jariku dari vaginanya dan kucoba untuk melepaskan celana dalamnya. Seakan mengerti, ia sedikit mengangkat pantatnya hingga memudahkanku melepaskannya. Kulanjutkan kembali kegiatanku seperti tadi hingga ia kembali terangsang dengan hebat, sebab setelah celana dalamnya terlepas, jariku semakin leluasa memainkan vaginanya. Dia tidak pernah mengucapkan sepatah katapun, hanya erangan nikmat yang sesekali keluar dari bibirnya. Padahal bila dengan Nita, kami sering mengucapkan kata-kata kotor untuk lebih merangsang permainan.
Tiba-tiba kutarik jariku dari vaginanya sebelum ia mencapai puncak kenikmatannya. Ia sedikit terkejut menatapku. Lalu aku mulai melepaskan ikat pinggang dan resleting celanaku. “Ahh..” ucapnya sambil memalingkan wajahnya ke arah berlawanan. Namun aku tahu ia tak akan sanggup lagi untuk menolak hal ini. Setelah kulepaskan semua celanaku, kupegang tangannya dan kubimbing ke arah penisku. Saat terpegang olehnya, ia seperti sadar dan menarik tangannya tapi kutahan dan kutuntun tangannya untuk mengocok penisku. Ia pun menurut dan tanganku kembali bermain di vaginanya. Ia kembali terangsang, dan mulai memberanikan diri untuk melihat penisku sambil terus mengocoknya.
Kami menikmati permainan itu hingga beberapa saat kemudian badannya mengejang mencapai puncak kenikmatan. Vaginanya sungguh lembut dan hangat dan sangat basah. Ingin sekali kumasukkan penisku saat itu, tapi mengingat ia masih perawan, aku harus memperlakukannya dengan lembut. Belum selesai ia menikmati orgasmenya, aku langsung melebarkan kakinya dan sambil berdiri dengan posisi 69 kubenamkan wajahku ke vaginanya. Aroma yang sangat khas namun lebih lembut dibanding aroma Nita tercium olehku. Kumainkan lidahku di seluruh permukaan vaginanya, terutama pada bagian klitorisnya. Ia mulai terangsang kembali dengan cepat sambil tangannya terus mengocok penisku.
Saat aku sedang asyik menjelajahi vaginanya dengan lidahku, kurasakan ia sedikit menggerakkan badannya dan sesaat kemudian penisku terasa masuk ke dalam rongga yang hangat. Aku tersenyum dalm hati, ternyata ia cepat belajar. Namun karena pertama kali dan karena posisi kami yang kurang pas, terkadang secara tak sengaja tergigit olehnya hingga aku harus menarik pinggulku karena terasa sakit. Untungnya ia mengerti dan akhirnya hanya memainkan lidahnya di sekujur penisku tanpa dimasukkan ke dalam mulutnya. Cukup lama kami berada di posisi ini. Pinggul Aminah mulai bergerak liar menekan ke arah lidahku. Posisi yang kurang enak membuat badanku lelah dan akhirnya kuhentikan jilatanku pada vaginanya. Langsung saja aku mengambil posisi standard sambil mengangkat salah satu kakinya dengan tanganku dan bertumpu pada tanganku yang lainnya.
“Kamu tuntun ya, Minah..” kubisikkan kepadanya dan ia mengangguk pelan.
Ia pegang penisku dan menuntunya ke lubang vaginanya. Setelah posisinya pas aku mulai mendorong secara perlahan.
“Sakit Bang. Ahh.. pelan-pelan,” bisiknya ditengah-tengah erangan nikmat.
“Ya, pelan-pelan saja. Minah saja yang tuntun, kalo sakit jangan dipaksa,” jawabku.
Aku pun menyesuaikan goyangan pinggulku dengan tuntunan tangannya. Secara perlahan namun pasti penisku mulai masuk sedikit demi sedikit. Walaupun terasa sakit, rasa nikmat dari sanggama membuatnya terus mencoba memasukkan penisku. Setelah kurasakan bibir vaginanya mulai mengembang, aku mengambil alih gerakan. Pinggulku mulai kupercepat menghunjam vaginanya. Nafsu yang sudah tertahan-tahan akhirnya dapat kulepaskan hingga di suatu saat kudorong penisku cukup keras ke dalam vaginanya.
“Ouch..” hampir berbarengan kami mengerang.
Setengah penisku masuk ke dalam vagina yang sempit dan hangat. Lalu mulai kudorong lagi perlahan-lahan dan secara bertahap temponya kupercepat hingga otot vaginanya bisa menyesuaikan penisku. Hingga akhirnya penisku bisa masuk seluruhnya ke dalam liang vagina yang jauh lebih nikmat dari milik Nita, karena memang saat aku bersanggama dengan Nita ia sudah tidak perawan lagi. Kulepaskan peganganku pada kakinya, lalu kuangkat sedikit pantatnya dengan tanganku yang bebas agar penetrasi menjadi lebih mudah. “Ooh.. aah..” hanya desahan dan rintihan yang bisa keluar dari bibir kami. Nikmat yang kurasa sangat menakjubkan hingga aku yang biasa bisa menahan orgasme, sangat sulit untuk melakukannya.
Beberapa menit kemudian gairah kami mulai memuncak dan aku pun tidak bisa lagi menahannya lebih lama. Aminah pun mulai menggoyangkan pinggulnya dengan liar, hingga akhirnya aku bertumpu pada kedua tangan dan berkonsentrasi pada goyangan pinggulku. Beberapa saat kemudian, saat kupercepat goyanganku Aminah menaikkan pantatnya dan mengejang nikmat. Ia mencapai orgasmenya. Dalam hitungan detik pun kurasakan denyutan yang familiar pada pinggangku. Seketika itu juga kucabut penisku dari vaginanya dan mulai mengocoknya dengan keras. Kutumpahkan semua maniku ke lantai, sambil terus mengocok penisku hingga badanku lemas dan serasa tak bertenaga. Saat kulakukan itu Aminah bangun dari kursi dan menghampiriku serta membantuku menyelesaikan orgasme.
Kami lalu berpelukan dan berpagutan beberapa saat hingga kusadari ia menitikkan air mata.
“Jangan takut Minah, ini rahasia kita berdua. Kalau Abang selesai kuliah di Jakarta, Abang akan jemput Minah ke sini,” kataku untuk menghiburnya.
Ia menatapku sambil tersenyum lalu kami berciuman lagi untuk beberapa saat. Lalu merapikan diri untuk kembali ke resepsi, dengan tak lupa membersihkan bekas-bekas pertempuran di ruang tamu.Kami melakukannya sekali lagi di sebuah motel di luar Palembang saat kami sedang berjalan-jalan ke luar kota, hingga seminggu kemudian aku kembali ke Jakarta untuk kuliah. Kami masih saling berkirim surat hingga sekarang, namun sayangnya liburan ini aku tidak bisa pulang ke kampung karena masalah akademis. Walaupun aku masih berhubungan dengan Nita, itu hanyalah sebagai pelampiasan nafsu belaka, namun hatiku masih tertambat di kampung halamanku.
Tamat
Diposting oleh Ceurapee di 08.31 0 komentar
Label: CERITA SEX, SEX STORY
Mojang Bandung
Beberapa tahun lalu ketika perusahaan tempatku bekerja mendapatkan kontrak suatu proyek pada sebuah BUMN besar di Bandung, selama setahun aku ngantor di gedung megah kantor pusat BUMN itu. Fasilitas di gedung kantor ini lengkap. Ada beberapa bank, kantor pos dan kantin. Kantorku di lantai 3, di lantai 1 gedung ini terdapat sebuah toko milik koperasi pegawai BUMN ini yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, mirip swalayan kecil. Ada 3 orang pegawai koperasi yang melayani toko ini, 2 diantaranya cewek. Seorang sudah berkeluarga, satu lagi single, 22 tahun, lumayan cantik, putih dan mulus, mungil, sebut saja Sari namanya.
Awalnya, aku tak ada niat “mengganggu” Sari, aku ke toko ini karena memang butuh makanan kecil dan rokok. Sari menarik perhatianku karena paha mulusnya “diobral”. Roknya selalu model mini dan cara duduknya sembarangan. CD-nya sempat terlihat ketika ia jongkok mengambil dagangan yang terletak di bagian bawah rak kaca etalase. Aku jadi punya niat mengganggunya (dan tentu saja ingin menyetubuhinya) setelah tahu bahwa Sari ternyata genit dan omongannya “nyrempet-nyrempet”. Niatku makin menggebu setelah Sari tak menunjukkan kemarahan ketika beberapa kali aku menjamah paha mulusnya dan bahkan sekali aku pernah meremas buah dadanya. Paling-paling ia hanya menepis tanganku sambil matanya jelalatan khawatir ada orang yang melihatnya. Tentu ini ada “ongkosnya”, yaitu aku tak pernah minta uang kembalian.
Agar bisa bebas menjamah, aku pilih waktu yang tepat jika ingin membeli sesuatu. Ternyata pada pagi hari ketika toko baru buka atau sore hari menjelang tutup adalah waktu-waktu “aman” untuk mengganggunya. Kenakalanku makin meningkat. Mulanya hanya mengelus-elus paha, kemudian meremas buah dada (masih dari luar), terus menyusupkan tangan ke BH (kenyal, tak begitu besar sesuai dengan tubuhnya yang sedang), lalu menekan-nekan penisku yang sudah tegang ke sepasang bulatan pantatnya yang padat. Bahkan Sari sudah “berani” meremas penisku walau dari luar. Entah kenapa Sari mau saja kuganggu. Mungkin karena aku memakai dasi sehingga aku dikiranya manager di BUMN ini, padahal aku hanya staf biasa di perusahaanku. Aturan perusahaan memang mengharuskan aku pakai dasi jika kerja di kantor klien.
Aku makin penasaran. Aku harus bisa membawanya, menggeluti tubuhnya yang padat mulus, lalu merasakan vaginanya. Mulailah aku menyusun rencana. Singkatnya, Sari bersedia kuajak “jalan-jalan” setelah jam kerjanya, pukul 5 sore. Tentang waktu ini menjadi masalah. Walaupun jam kerja resmiku sampai pukul 17, tapi aku jarang bisa pulang tepat waktu. Seringnya sampai jam 19 atau 20. Aku coba menawar jamnya agak malam saja. Tak bisa, terlalu malam kena marah mamanya, katanya. Okelah, nanti cari akal mencuri waktu. Pada hari yang telah disepakati, Sari akan menunggu di jalan “D” pukul 17.10. Dari kantor ke jalan “D” memang makan waktu 10 menit jalan kaki.
Pukul lima seperempat aku sudah sampai di jalan D. Kulihat Sari berdiri di tepi jalan, tapi tak sendirian. Bu Maya (sebut saja begitu) kawan sekerjanya yang telah berkeluarga ada di sampingnya. Celaka. Tadi Sari bilang sendirian. Kalau bawa orang lain bisa terbongkar belangku oleh kawan kantor. Hal ini sangat kuhindari.
“Bu Maya cuma mau nebeng sampai halte”, kata Sari seolah mengetahui kekhawatiranku. Syukurlah. Tapi, peristiwa ini harusnya tak seorangpun boleh tahu.
“Tenang aja Mas.., rahasia dijamin, ya Sari”, kata Bu Maya sambil mengedip penuh arti.
Setelah menurunkan Bu Maya di halte, aku langsung mengarah ke Setia Budi. Kalau sudah ada cewek duduk di sampingku, seperti biasa mobilku langsung cari hotel, wisma, guest-house, atau apapun namanya yang bertebaran di daerah Setia Budi. Daerah yang sudah beken di antara para peselingkuh, sebab sebagian besar tempat-tempat tadi menyediakan tarif khusus, tarif “istirahat” antar 3-6 jam, 75 % dari room-rate.
Sari membiarkan tanganku mengelus-elus pahanya yang makin terbuka ketika duduk di mobil. Penisku mulai bangun membayangkan sebentar lagi aku bakal menggeluti tubuh mulus padat ini.
“Ke mana Mas..”, tanya Sari ketika aku menghidupkan lampu sein ke kanan mau masuk ke Hotel GE.”Kita cari tempat santai..”, jawabku.”Jangan ah. Lurus aja”.
“Ke mana..”, aku balik bertanya.
“Kata Mas tadi mau jalan-jalan ke Lembang..”.
Aku jadi ragu. Selama ini Sari memberi sinyal “bisa dibawa”, tapi sekarang ia menolak masuk hotel. Tanganku kembali ke pahanya, bahkan terus ke atas meraba CD-nya. “Ih, Mas.., dilihat orang”, sergahnya menepis tanganku. Memang pada waktu yang bersamaan aku menyalip motor dan si pembonceng sempat melihat kelakuan tanganku.
Kami sampai di Lembang. Aku bingung. Tadi sewaktu aku mau belok kiri ke Hotel “Kh” lagi-lagi Sari menolak. Mau ngapain di Lembang? Ke Maribaya? Ah, itu tempat wisata, susah untuk “begituan”. Lebih baik mampir dulu buat minum sambil mengatur taktik.
“Kita minum dulu ke sini, ya..?”, ajakku untuk mampir di tempat minum susu segar yang biasa ditongkrongi anak-anak muda.
“Mau minum susu? Engga.., ah. Mendingan minum susu Sari aja..”. Aku tak heran, bicaranya memang suka “nyrempet”.
“Boleh..”, kataku sambil memindahkan tanganku dari paha ke belahan kemejanya, menyusup ke balik BH-nya, meremas. Tak ada penolakan. Daging bulat yang ‘mengkal’. Tak begitu besar tapi padat. Puting yang hampir tak terasa, karena kecil. Celanaku terasa sesak. Sampai di perempatan aku harus ambil keputusan mau ke mana? Lurus ke Maribaya. Kanan kembali ke Setia Budi. Kiri ke arah Tangkuban Perahu. Kulepas tanganku dari “susu segar” Sari, aku belok kiri. Tangan Sari kuraih kuletakkan di selangkanganku, lalu tanganku kembali ke susu segarnya. Tangannya memijit-mijit penisku (dari luar). Berbahaya sebenarnya. Kondisi jalan yang penuh tikungan dan tanjakan sementara konsentrasi tak penuh.
Hari mulai gelap, aku belum menemukan solusi masalahku, di mana aku akan menggumuli Sari? Di tepi kanan jalan ke arah Tangkuban Perahu itu banyak terdapat kedai-kedai jagung bakar. Kubelokkan mobilku ke situ, mencari tempat parkir yang mojok dan gelap.
“Mau makan jagung?”, tanyanya.
“Iya”, jawabku. Makan “jagung”-mu.
Kuperiksa keadaan sekeliling mobil. Gelap dan sepi. Segera kurebahkan jok Sari sampai rata, kuserbu bibirnya. Sari menyambut dengan permainan lidahnya. Tanganku kembali meremasi bukit kecil kenyal itu sambil secara bertahap mencopoti kancing kemejanya. Sari melepaskan ciuman, bangkit, memeriksa sekeliling.
“Jangan khawatir.., aman”, kataku.
“Mau minum susu..?”, tawarnya. Tawaran yang naif, sebab jawabannya begitu jelas. Sari menarik sendiri sepasang ‘cup’-nya ke atas sehingga sepasang bukit putih itu samar-samar tampak. Dengan gemas kulumat habis-habisan buah dadanya. Sekarang tonjolan putingnya lebih jelas, karena mengeras. Tanganku menyusup ke balik CD-nya. Rambut kelaminnya yang tak begitu lebat itu kuusap-usap. Sementara ujung telunjukku memencet clitorisnya.
“aahh”, desahnya.
Tangannya kutuntun ke selangkanganku. Ia meremas.
“Buka kancingnya Sar..” Sari menurut, dengan agak susah ia membuka kancing, menarik ritsluiting celanaku dan “mengambil” penisku yang telah keras tegang.
Beberapa menit kami bergumul dengan cara begini. Sampai ketika ujung jariku mulai masuk ke “pintu” vaginanya, Sari berontak, bangkit, lagi-lagi men-cek keadaan. Di depan terlihat 2 orang pejalan kaki menuju ke arah kami. Sari cepat-cepat mengancingkan kemejanya, kutangnya belum sempat dibereskan. Sementara aku kembali ke tempatku. Penisku masih kubiarkan terbuka berdiri tegak. Toh tidak akan kelihatan. Kami berlagak “alim” sampai kedua orang itu lewat. Kembali kami bergumul. Keteganganku yang tadi sempat turun oleh “gangguan” orang lewat, kini naik lagi. Pintu vagina Saripun sudah basah. Saatnya untuk mulai. Kupelorotkan CD Sari. Tapi, masa kutembak di mobil? Rupanya Sari berpikiran sama.
“Jangan.., Mas.., banyak orang..”
“Makanya.., kita cari tempat, ya..”
Sari berberes sementara aku menstart mobil. Aku menyetir dengan posisi penisku tetap terbuka tegang.
“Si joni udah engga tahan ya..”, goda Sari.
“Iyyaa.., sini..”, kuraih tangannya menuju ke penisku. Dielus-elus.
Tempat terdekat yang sudah kukenal adalah Hotel “Kh”, sedikit di bawah Lembang. Dari jalan raya kubelokkan mobilku masuk ke lorong jalan khusus ke hotel Kh.
“Hee.., stop.., stop Mas..”, serunya.
“Lho.., kita ‘kan cari tempat..”, aku menginjak rem berhenti. Sari diam saja.
“Di sini aman, deh Sar..”.
“Udah malem.., Mas.., Lain kali aja ya?”, Aku mulai jengkel. Si “Joni” mana mau mengerti lain kali.
“Ayolah.., Sar, sebentar aja, sekali aja..”.
“Maaf Mas, lain kali saya mau deh.., bener. Sekarang udah kemaleman. Saya takut dimarahin Mama”, Aku diam saja, jengkel.
“Bener.., Mas. lain kali saya mau..”, katanya lagi meyakinkanku.
Aku mengalah, toh masih banyak kesempatan. Aku kembali menuju Bandung. Kira-kira 100 m sebelum hotel GE, kembali aku membujuk Sari untuk mampir. Lagi-lagi Sari menolak sambil sedikit ngambek. Aku terus tak jadi mampir.
Sampai di jalan lurus menjelang terminal Ledeng, macet sekitar seratusan meter. Tempat ini memang biasa macet. Selain keluar/masuknya angkot, juga ada pertigaan jalan Sersan Bajuri. Iseng mengantre, kuambil tangan Sari ke penisku yang masih belum “kusimpan”, Sari menggosoknya. Lepas dari kemacetan tiba-tiba Sari memberi tawaran yang nikmat.
“Mau dicium..?”.
“Dengan senang hati”.
Segera saja Sari membungkuk melahap penisku yang sudah tegang lagi. Kepalanya naik turun di pangkuanku. Nikmatnya.., Baru kali ini aku menyetir sambil dikulum. Aku memperlambat jalan mobilku, menikmati kulumannya sambil mata tetap mengawasi kendaraan lain. Sementara rasa nikmat menyelimuti bawah badanku, deg-degan juga dengan kondisi yang “aneh” ini. Sampai di pertigaan jalan Panorama macet lagi. Situasi ramai. Kuminta Sari melepas kulumannya, banyak orang lalu-lalang. Lepas dari kemacetan kembali Sari memainkan lidahnya di leher penisku. Ada untungnya juga jalanan macet. Aku punya waktu untuk menurunkan tensi sehingga bisa bertahan lama. Oohh.., sedapnya lidah itu mengkilik-kilik leher dan kepala kelaminku. Nikmatnya bibir itu turun naik menelusuri seluruh batang penisku. Sayangnya, aku harus membagi konsentrasiku ke jalan.
Menjelang pertigaan Cihampelas Sari melepas jilatannya, bangkit melihat sekeliling.
“Sampai di mana nih?”, tanyanya terengah.
“Hampir Cihampelas”, jawabku.
“Mampir ke Sultan Plaza.., ya Mas..”.
“Mau ngapain?”.
“Mama tadi pesan”.
Okey, mendadak aku ada ide untuk melepaskan ketegangan selepas-lepasnya tanpa terpecah konsentrasi. Aku masuk ke Plaza, cari tempat parkir yang aman, di belakang bangunan. Sengaja kupilih tempat yang gelap. Kucegah Sari membuka pintu hendak turun.
“Oh ya.., sini Sari rapiin”. Kutarik kepala Sari begitu ia membungkuk akan merapikan celanaku.
“Terusin.., Sar..”, perintahku.
Sari bangkit lagi. Kukira ia mau menolak, tahunya hanya melihat sekeliling. Aman. Kembali kepala Sari turun-naik mengulum penisku. Kini aku bisa konsentrasi ke rasa nikmat di ujung penis. Sari memang pintar berimprovisasi. Kelihatannya ia sudah biasa ber-oral-seks. Lidahnya tak melewatkan seincipun batang kemaluanku. Kadang ditelusuri dari ujung ke pangkal, kadang berhenti agak lama di “leher”. Kadang bibirnya berperan sebagai “bibir” bawahnya, menjepit sambil naik-turun. Terkadang nakal dengan sedikit menggigit. Aku bebas saja mendesah, melenguh, atau bahkan menjerit kecil, tempat parkir yang luas itu memang sepi. Ketika mulutnya mulai melakukan gerakan “hubungan kelamin”, perlahan aku mulai “naik”, rasa geli-geli di ujung sana semakin memuncak. Saatnya segera tiba.
“Dicepetin.., Sar..”. Sari bukannya mempercepat, malah melepas.
“Uh, pegel mulut saya..”.
“Sebentar lagi.., Sar..”.
Kembali ia melahap. Kali ini gerakan kepalanya memang cepat. Aku menuju puncak. Sari makin cepat. Sebentar lagi.., hampir..! Sari mempercepat lagi, sampai bunyi. Hampir.., hampir.., dan “Creett”, Kusemprotkan maniku ke dalam mulut Sari. Aku melayang.
“Uuhh” Sari melepaskan kulumannya, “Crot..”, kedua dan seterusnya ke celana dan perutku.
“Iihh.., engga bilang mau keluar.., jijik..”, katanya sambil mencari-cari tissu.Aku rebah terkulai. Sementara Sari membersihkan mulutnya dengan tissu.
Beberapa saat kemudian.
“Yuk.., Mas.., turun”.
“Entar dong..”, Aku bersih-bersih diri. Celaka, noda yang di celana tak bisa hilang.
“Kamu sendiri deh”.
“Sama Mas dong..”.
“Ini.., engga bisa ilang”, kataku sambil menunjuk noda itu.
“Bajunya engga usah dimasukin”, sarannya. Betul juga.
Akhirnya aku membayar belanjaan Sari. Aku diminta ikut belanja karena maksudnya memang itu. Aku juga memberinya uang dengan harapan agar lain kali bisa kusetubuhi.
Esoknya ketika aku membeli rokok, Sari kelihatan biasa saja tak berubah. Masih genit dan sedikit manja. Peristiwa semalam tak mengubah prilakunya. Aku yang makin penasaran ingin menidurinya. Pernah suatu pagi sekali tokonya belum buka tapi Sari sudah datang sendirian sedang merapikan barang-barang, kukeluarkan penisku yang sudah tegang karena sebelumnya meremas dadanya. Kuminta Sari mengulumnya di situ.
“Gila..! entar ada orang”.
“Belum ada.., ayo sebentar aja”.
Diapun mengulum sambil was-was. Matakupun jelalatan memperhatikan sekeliling. Kuluman sebentar, tapi membuatku exciting.
Setiap ada kesempatan untuk pulang jam 5, aku selalu mengajak Sari. Beberapa kali ia menolak. Macam-macam alasannya. Sedang mens, mau ngantar adik, ditunggu mamanya. Sayang sekali, sampai Sari pindah kerja aku tak berhasil menidurinya.
Tapi kemarin, setelah hampir 2 tahun, aku ketemu Sari di BIP berdua dengan teman cewek. Dia rupanya sudah tidak bekerja di toko koperasi itu lagi, sekarang kerja di Bagian Administrasi di sebuah Guest House. Jelas aku mencatat nomor teleponnya. Letak tempat kerjanya tak jauh dari kantor itu. Hanya, kemungkinan ketemu kecil, sebab proyekku di kantor itu telah selesai. Aku penasaran!
Tamat
Diposting oleh Ceurapee di 08.30 0 komentar
Label: CERITA SEX, SEX STORY
Nafsu yang Mengatasnamakan Cinta
Kejadian terjadi sekitar tahun 2006, ketika itu aku duduk di semester V di sebuah PTN di Medan. Aku, mahasiswa yang tinggal pada rumah kost di sekitar kampus PTN tersebut. Aku berasal dari desa yang cukup populer sebagai pemasok mahasiswa-mahasiswa handal ke berbagai PTN di Indonesia. Jarak desaku sekitar 5 jam perjalanan dari Medan, dan kami biasanya untuk pulang menggunakan jasa angkutan mobil yang sekaligus mengantarkan koran untuk daerah tersebut, jadi berangkatnya sekitar jam 2 dini hari dan sampainya sekitar jam 7 pagi. Saat itu aku bermaksud untuk pulang ke desaku karena ada urusan yang hendak dikerjakan. Setelah memesan mobil untuk pulang (biasanya kami tinggal menelepon mobil untuk dijemput pada dini harinya) aku bersiap-siap untuk berangkat dan sekitar jam 01.30 WIB. Mobilnya datang kemudian aku naik dan hendak duduk di depan samping Pak supir, tetapi aku melihat sudah ada seorang gadis yang duduk di sana, jadi kuurungkan niatku untuk duduk di sana dan memilih untuk duduk di belakang.
Sebenarnya sih aku kenal dengan gadis itu karena berasal dari daerah yang sama, tetapi supaya tidak dikira rakus cewek maka aku agak menghindar. Setelah selesai menjemput semua calon penumpang maka mobil yang kami tumpangi meluncur ke kantor harian surat kabar tersebut untuk mengambil koran yang akan dikirimkan ke daerah. Di kantor harian itu tempat duduk di depan masih tetap di tempati oleh gadis itu seorang diri, sementara di belakang sudah sudah diisi oleh berbagi macam jenis orang, maka kuputuskan duduk di samping gadis itu dan setelah mobil kami meluncur ke arah luar kota aku pun mulai membuka percakapan dengan gadis di sampingku.
“Nama kamu Oeli kan,” kataku membuka percakapan.
“Lho kamu kok tahu..” katanya menjawabku sambil tersenyum.
Lalu mulai rayuan mautku di dalam mobil itu sementara si supir tersenyum-senyum mendengarkan rayuanku. Dan setelah ngobrol ngalor-ngidul plus perhatian dengan pegang tangan sambil pura-pura tidur, kemudian setelah kira-kira jam 06:00 pagi setelah matahari menampakkan sinarnya yang perkasa kebetulan cahayanya langsung dari depan sehingga agak menyilaukan kami. Dengan lembut dan penuh perhatian kucoba kututupi matanya dari sinar yang menyilaukan dengan telapak tanganku sambil kami terus bercerita dan bercanda. Dan dengan style yang menyakinkan setelah aku mengantongi alamat dan nomor teleponnya di Medan maka aku pun menjanjikan pertemua-pertemuan berikutnya.
Singkat cerita, setelah kami telah sama-sama kembali ke Medan maka aku segera menghubunginya lewat telepon dan memulai rayuan-rayuanku dan mengundangnya datang ke tempat kostku. Pada suatu hari seteah janjian si Oeli benar-benar datang ketempat kostku. Kemudian aku duduk di tepi tempat tidur dan si Oeli duduk di karpet di kamarku, setelah puas ngobrol, kemudian aku tiba-tiba mencium pipinya sambil mencoba merayu, “Matamu bagus ya Li..” si Oeli tersenyum dan aku pun mulai mengelus dan meremas tangannya, tetapi secara tiba-tiba dia memalingkan wajahnya dan berkata, “Apaan sih maksudnya, baru kenalan kok udah pegang-pegang,” dan aku berkata, “Sebenarnya si aku suka sama kamu sejak kita pertama ketemu.” Lalu dia tersenyum dan mengangguk seteju ketika kutawarkan untuk pacaran dengannya. Lalu dengan tiba-tiba kukulum bibirnya dan si Oeli-nya membalas dengan keahlian yang cukup bagus. Wah maniak juga nih cewek, pikirku dalam hati. Kemudian setelah menutup pintu kamar dan kebetulan tempat kost sedang sepi.
Aku melanjutkan aksiku dan kembali mengulum bibirnya dan memainkan lidahku ke dalam rongga mulutnya. Terdengar nafasnya agak terengah karena ciuman yang agak panjang yang kami lakukan, lalu mata kami saling menatap dan saling tersenyum kemudian kupagut lagi bibirnya sambil kali ini tanganku mulai menggerayangi tubuhnya. Mula-mula kuelus rambutnya dan turun ke leher dan lebih turun lagi sampai aku mengenai pangkal dadanya. Si Oeli mulai tersengal-sengal nafasnya sambil tangannya pun memeluk erat leherku. Tanganku pun semakin turun sampai ke puncak payudaranya dan berhenti di sana sambil mengelus-elus pelan, sehingga dia tampak semakin menggelinjang menahan nafsu. Pelan-pelan sambil terus menciumi bibir dan lehernya kulepaskan satu persatu kancing bajunya sambil mengajak dan merebahkannya di ranjangku.
Setelah kancing bajunya terlepas aku melihat payudarnya yang lumayan montok (ukuran Bra-nya 34B) aku kemudian menyusupkan tanganku dibalik BH-nya dan berupaya menggapai putingnya. Wajah si Oeli terlihat semakin bersemu menahan nafsu dan kelihatan suasana di mulutnya semakin dingin menahan getaran nafsunya yang mulai memuncak seiring dengan kunaikan BH-nya ke atas payudaranya, sehingga payudaranya menyebul ke atas dengan puting yang mencuat dan telah agak mengeras. Kemudian kukulum pelan puting susunya sambil kuhisap pelan dan berganti-ganti si Oeli mulai mengerang-erang, “Ooh.. ooh..” sambil dia menekan kepalaku untuk lebih keras menghisap putingnya. Tanganku tidak tinggal diam, mulai membuka restleting jeans-nya dam mulai menyusupkan tanganku ke dalam CD-nya. Aku merasakan bulu yang agak kasar, nafasku dan nafasnya mulai tak terkendali. Kulepaskan pengait BH-nya dan kutarik turun celana jeans-nya tetapi CD-nya tetap kubiarkan dan aku pun mulai melepaskan semua pakaianku, tinggal ber-CD saja. Permainan kembali kami teruskan, “Payudaramu bagus yach..” kataku sambil kukecup pelan putingnya, dia menggelinjang, “Oohh..” erangnya dan kembali kukulum bibirnya. Pelan-pelan lidahku turun menjilati sekujur tubuhnya dari leher ke balik telinga. Erangannya semakin terdengar, “Ohh.. Ohh..” dan turun terus sampai di puncak dadanya kuhisap pelan. Kubiarkan sebentar, lalu turun lagi keperut sampai ke pusarnya lalu kumainkan lidahku di sana sambil tanganku menyusup kebalik CD-nya dan mendapatkan sudah ada cairan yang membasahi kemaluannya.
Setelah “foreplay”-nya kuanggap cukup, aku kemudian menarik turun CD-nya, Dengan perlahan si Oeli berkata, “Kok dibuka..” tetapi matanya menyiratkan keinginan yang dalam untuk menuntaskan permainan ini. Dia juga mengangkat pantatnya supaya CD-nya dapat dengan mudah kuturunkan. Kubuka CD-ku sendiri dan memamerkan kemaluanku sebentar dengan cara mengelus-elus sehingga semakin tampak berkilat dan memerah. Kucium kembali bibirnya dan kuhisap kembali puting susunya berganti-ganti sambil aku berusaha melebarkan posisi pahanya dan bersiap menusukkan batang kemaluan ke lubang kemaluannya. Kusibakkan perlahan mulut kemaluannya dengan kepala kemaluanku. Kurasakan agak licin di sana. Kubiarkan agak lama memainkan kepala kemaluanku di mulut kemaluannya sampai erangannya terdengar agak keras dan kepalanya menjadi liar bergerak kesana kemari, “Ahh.. ahh..” erangnya. Lalu dengan kekuatan penuh kudorongkan batang kemaluanku untuk mengoyak belahan kemaluannya (kukira si Oelinya masih perawan) ternyata batang kemaluanku hanya mengalami sedikit hambatan, itupun mungkin karena batang kemaluanku yang ukurannya agak besar, sekitar 17 cm dan diameternya 4 cm.
Lalu aku dengan agak semangat mulai menaik-turunkan pantatku dan kurasakan kemaluannya menjepit kuat batang kemaluanku dan si Oeli pun mulai menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakan pantatku sambil aku terus menciumi wajahnya dan mengulum bibirnya serta tanganku meremas-remas payudaranya berganti-ganti. Tiba-tiba gerakan si Oeli tak terkendali dan mencengkeram tubuhku sangat kuat. Sementara kakinya dilipatkan ke punggungku sambil berteriak keras, “Aku sampai.. aku sampai.. Ahh.. ahh..” Sekitar 15 detik kemudian dia agak tenang tetapi kurasakan semakin basah dan licin di dalam kemaluannya dan aku juga merasakan lubang kemaluannya sangat kuat meremas batang kemaluanku ketika dia orgasme tadi. Lalu kucabut batang kemaluanku dari lubang kemaluannya dan aku lap dengan CD si Oeli. Kemudian aku berbaring menghadap ke atas dengan kemaluan yang mencuat ke atas dan dengan perlahan tapi pasti si Oeli berjongkok di atas perutku sambil memegangi batang kemaluanku dan mengarahkannya ke lubang kemaluannya. Setelah dia mendudukiku pelan-pelan kemudian dia bergerak naik-turun yang kuimbangi dengan memutar-mutar pinggulku. Tampak dia semakin bersemangat dan “Ohh.. ahh.. ahh..” erangannya semakin lama semakin cepat, “Ahh.. ah.. hh..” dan aku pun merasakan seakan ada yang akan meledak dari dalam tubuhku, “Oh.. ohh..” kayuhannya dipercepat dan tiba-tiba dia menjerit histeris menindih tubuhku sambil menekan pantatnya kuat, “Aahh.. aahh..” dan pada waktu yang bersamaan aku merasakan sensasi yang sangat luar biasa, “Crrett.. crreet.. creett.. creett..” Aku menumpahkan spermaku di dalam lubang kemaluannya seiring remasan lubang kemaluannya yang kurasakan mencengkram batang kemaluanku.
Sejurus kemudian kami sama-sama diam tak bergerak menikmati surga dunia yang baru kami rasakan. Si Oeli tetap berbaring di atas tubuhku dengan peluh yang membanjiri kedua tubuh kami. Kukecup bibirnya dengan mesra sambil kuucapkan, “Terimakasih ya Sayang..” Oeli tersenyum sambil membalas kecupanku. Demikianlah sejak saat itu kami melakukan senggama tidak kenal waktu baik di kamar kostku ataupun di rumahnya. Kami juga sering melakukan senggama di kampus, yaitu di tempat-tempat duduk di taman-taman kampus yang kalau malam hari sangat sepi yang tentunya “fast sex” atau si Oeli sekedar menghisap kemaluanku. Dengan bergabungnya aku di web ini maka sekaligus aku membuka diri kepada teman-teman yang ingin kenalan denganku dapat menghubungiku melalui e-mailku. Khususnya untuk cewek atau wanita yang berdomisili di kota Medan dapat menghubungiku untuk berkenalan dan berkonsultasi mengenai apa saja. Dengan senang hati aku akan menanggapinya. Kutunggu!
Tamat
Diposting oleh Ceurapee di 08.29 0 komentar
Label: CERITA SEX, SEX STORY
Kaniaku Sayang
Sebagai seorang pencari bakat, sebut namaku Mas Boy. Aku sering berhubungan dengan wanita yang berambisi untuk menjadi artis. Sebagai pemandu bakat, tentunya aku punya relasi yang sangat luas dengan para kreator sinetron dan film. Kelebihan inilah yang tidak dimiliki agency model lain. Karena kelebihan inilah membuat banyak model yang mencoba mendekatiku.
Salah satu model yang terus minta aku orbitkan, sebut saja namanya Kania (buan nama sebenarnya) ia adalah model asal salah satu daerah di Yogyakarta. Kania postur tubuhnya terlalu mungil untuk ukuran model, wajahnya juga pas-pasan. Sehingga sulit rasanya untuk masuk pertarungan menjadi seorang artis, yang syarat utamanya adalah harus memiliki wajah cantik dan postur tubuh yang ideal. Tapi karena ambisinya yang besar dan kebetulan sedaerah denganku, membuatku bersimpati kepadanya.
“Mas bantu aku dong agar bisa main sinetron, syukur bisa menjadi model iklan?” pintanya merajuk.
“Ok! Tapi mau jalan lempeng, apa tol?” tanyaku sekenanya.
Karena aku memang sebenarnya nggak tertarik untuk mengorbitkannya. Alasannya tentu saja aku bakal menemukan kesulitan karena wajah Kania yang pas-pasan.
“Yang mana aja juga boleh Mas! Yang penting aku bisa menjadi bintang sinetron!” jawabnya serius.
“Kalau di foto sensual, mau nggak?” tanyaku lagi.
“Boleh, siapa takut!” jawabnya menantang.
Kami pun berjanji untuk sesi pemotretan di salah satu hotel di kawasan Jakarta Kota, keesokan harinya.
Besoknya aku persiapkan peralatan pemotretan yang kumiliki dengan 10 rol film. Kemudian aku menjemput Kania di salah satu apartemen di Jakarta Selatan.
Kemudian kami meluncur ke salah satu hotel di Mangga Besar. Setelah mendapakan kunci kamar dari resepsionis, akupun langsung masuk kamar untuk persiapan pemotretan. Kania langsung membuka pakaiannya dengan sigap, sehingga di hadapanku Kania tinggal memakai CD dan bra yang ukurannya 34 B.
Melihat pemandangan indah ini, sebenarnya aku tidak terlalu terpancing. Karena, sebagai fotografer, aku sudah hampir 20 tahun menghadapi model berkelakukan seperti Kania. Sehingga akupun biasa saja menghadapi tingkah polah Kania. Tapi yang kemudian membuatku ‘naik darah’ adalah sikapnya yang terus memancing dengan gayanya yang berani.
“Begini masih kurang, Mas?” tanyanya menggoda.
“Kalau buka semua, gimana?” pancingku.
“Siapa takut, entar nggak bisa motret kalau aku buka semua,” godanya.
“Masa sih, menghadapi model kayak kamu, aku terpancing” jawabku enteng.
“Bener nich?”
“Iyalah!”
Bener saja, Kania langsung membuka bra dan CD warna pink yang dari tadi menutupi gunung kembar dan gua belantaranya. Sebenarnya aku belum terpancing, tapi ketika aku membetulkan gayanya yang masih kaku. Tiba-tiba Kania memeluk dan menciumku dengan ganasnya. Sebagai laki-laki normal, ada ‘mangsa’ masa aku biarkan. Akhirnya aku terpancing dan akhirnya aku memberikan perlawanan pada Kania yang sepertinya ‘ngetes’ aku.
“Dari tadi kok nggak ada reaksi apa-apa, apa aku kurang menarik. Sehingga kamu nggak nafsu sama aku” katanya sambl terus melumat bibirku.
“Bukannya aku nggak tertarik melihat tubuhmu yang indah ini. Tapi aku harus professional donk. Kerja dulu, baru selanjutnya terserah Anda he.. He.. He..” jawabku jaim.
“Kalau sekarang gimana? Mau terus pemotretan atau..” ujarnya tanpa melanjutkan kata-kata.
“Maunya pemotretan lalu singgah di langit ketujuh,” godaku.
“Ok! Sekarang ke langit ketujuh dulu ya?” pintanya manja.
Tanpa kuminta Kania langsung menyingkirkan kamera yang ada di atas tempat tidur. Setelah menyingkirkan kamera, Kania langsung menyambar bibirku dan menyambar ’senjata pamungkasku’ yang masih terbungkus celana panjang dan CD. Remasan Kania langsung membuatku kelojotan, tanpa ba bi bu lagi ia membuka resleting celanaku dan sementara tanganku terus bergerilya di gunung kembar Kania yang agak kendor tapi masih kenyal untuk dipegang. Begitu ia berhasil membuka CD-ku, ‘rudal scud’-ku mengeras. Kania langsung menciumi batang rudalku yang tidak terlalu panjang.
“Aku akan bawa sampeyan ke langit ketujuh tapi aku minta imbalan, bisa main sinetron ya. Sayang..?” katanya sambil terus mengulum rudalku dengan ganasnya.
Akupun tidak sadarkan diri, karena saking nikmatnya. Tanpa aku sadari, akhirnya kami sudah membuntuk posisi 69. Akupun menjilati gua yang ditumbuhi hutan belantara yang rimbun. Saking rimbunnya membuat saya kesulitan mencari ‘keciknya (itilnya). Akhirnya kecik yang kucari kutemukan dengan mulutku, begitu kusedot keciknya sambil kugigit kecil, Kania menggelepar seperti ikan louhan kekurangan air. Mendapat perlakuanku yang demikian membuat Kania ‘ngerap’ seperti Iwa K.
“Aduuh.. Teruskan Mas. Aku.. Nggak tahan.. Sampeyan kok membuat aku seperti ini sih,” katanya sambil mencengkeram pantatku keras-keras.
Gua Kania tiba-tiba mengeluarkan ‘air bah’ yang berbau harum..
“Maass! Aku ke.. Luaar” katanya sambil mengacak-ngacak rambutku.
Tubuh Kania mengejang, sambil ngoceh nggak karuan dan sambil terus mengulum rudalku.
“Kok, begini enak sih Mas. Sampeyan sering memberi kenikmatan sama model yang lain gak?” Tanyanya penuh selidik.
“Siapa sih yang mau sama aku, fotografer jelek begini” jawabku sambil terus memainkan rongga gua Kania yang basah kuyup.
“Mas, sampeyan tuh ganteng. Seperti Sophan Sophian lo”, katanya sambil mengocok rudalku yang masih mengarah ke mulut Kania.
“Ah. Bisa aja. Aku tuh profesional, motret ya, motret. Kalau kemudian si model ngajak yang macam-macam. Entar dulu” jawabku bohong.
“Benar nich.”
Mendapat jawab seperti itu, eh, Kania langsung bergairah lagi. Kulumannya makin menggila dan nggak sadar dua jari tanganku sudah masuk ke gua Kania dan itu membuat Kania blingsatan.
“Mas.. Aku mau sama punyamu. Jangan pakai tanganmu yang nakal hik hik” pintanya sambil mementokkan rudalku ke pojok tenggorokannya.
“OK! Sayang, aku juga pengin masuk ke gua milikmu yang indah ini.”
Begitu aku membalikkan tubuhku, Kania langsung menyambar rudalku dan memasukkan ke guanya yang sudah banjir lahar..
“Aduuh.. Mas. Uenaak tenan” kicaunya menirukan salah satu joke iklan jamu terkenal.
Mendapat kicauan nggak karuan seperti itu, membuat gairah kelelakianku terus memuncak. Sodokanku makin aku kencangkan, hingga menohok tembok dinding gua Kania dan itu membuatnya berteriak kencang.
“Maas! Nakal amat sih, tapi aku suka.. Lagi, yang lebih kencang Mas..”
Maka sodokanku makin aku hunjamkan dan, akhirnya akupun nggak tahan lagi menahan lahar kental yang dari tadi aku tahan.
“Yang.. Aku mau..”
“Aku juga.. Genjot yang kencang dong”
Lima menit kemudian kami sama-sama mengeluarkan lahar panas yang maha nikmat.
“Mas, aku..”
“Entar ya, aku masih ngos-ngosan nich,” kataku lagi-lagi sekenanya.
“Maksudku, aku memang pernah merasakan rudal bosku yang orang luar yang terkenal gede, tapi aku nggak merasakan nikmat kaya seperti Mas!” ocehnya tanpa aku minta.
“Rudal gede ‘kan impian setiap wanita” kataku.
“Nggak juga, habisnya bosku egois. Kalau udah keluar dia langsung tidur. Sementara aku masih belum apa-apa”
“Sama, aku ‘kan begitu, buktinya aku langsung pingsan kayak gini”
“Tapi aku ‘kan udah orgasme beberapa kali, ini yang membedakan sampeyan sama bosku” katanya jujur.
Setelah terlelap tidur, akupun siuman. Karena mendengar handphone berdering.
“Dari siapa Mas, istri Mas ya” ujarnya sambil memegang rudalku.
“Buk.. Bukan, tapi dari model yang minta aku antarkan ke studio foto” jawabku gugup karena baru bangun tidur.
“Mas aku nggak mau ditinggalin, aku mau lagi. Ya, Mas?” rajuknya.
Mendapat perlakuan manja seperti itu membuat rudalku kembali bangkit. Akhirnya kami pun bergumul lagi.
“Yang, aku mau di kamar mandi ya.. Sambil berdiri kayaknya enak” pintanya penuh fantasi.
Akupun menuruti kemauannya, dengan lahapnya ia menciumku rudalku sambil berjongkok. Ini yang membuatku nggak tahan dan langsung meminta Kania untuk membungkukkan badannya dan membelakangiku. Kania menurut saja dengan perintahku, dari belakang aku melihat gua berwarna merah dengan lahar panas yang mulai meleleh. Aku ciumi dinding vagina Kania dengan lahap dan membuatnya memegang erat bak mandi.
“Mas, masukkan dong rudalmu. Aku mau disodok dari belakang dong, enak kali ya?” lagi-lagi dengan nada manja hingga membuatku menuruti keinginannya.
Tanpa diminta lagi, rudalku aku masukkan ke gua yang benar-benar sudah kuyup. Bless tanpa masalah dan..
“Ahh.. Mas..!!” teriaknya.
Ketika rudalku aku maju mundurkan, Kania tangan Kania langsung menggapai tembok kamar mandi. Apalagi ketika aku meraih dua gunung kembarnya yang bergoyang-goyang menantang untuk aku remas-remas.
“Mas, gila kamu. Kamu kok pintar amat sih. Pakai obat ya, kok kuat amat,” katanya.
Aku kemudian mengangkat separuh tubuhnya yang dari tadi menyender di dinding kamar mandi. Tubuh Kania yang langsing, aku sejajarkan dengan tubuhku dan wajahnya aku balikkan ke wajahku dan kemudian aku lumat bibir mungilnya yang menganga dari tadi.
“Mas. Kok enak gini ya, masih lama ya.. Kok rudalnya makin keras aja sih” ujarnya sambil terus melumat lidahku ke tenggorokannya.
Aliran lahar mulai menjalar di rudalku dan nampaknya Kania juga merasakan lahar kenikmatan itu.
“Mas, ahh.. yach.. Pentokin dong”
Tanpa sadar aku menyodokkan rudalku sekencang-kencangnya sambil memuntahkan lahar kenikmatan untuk kedua kalinya.
Kania masih tetap minta digenjot, aku nggak kuat lagi menyodok. Kania nggak kekurangan akal, Kania menyuruhku duduk di kloset duduk. Karena kondisiku sudah lemas, aku menurut saja. Begitu aku duduk di kloset, Kania langsung duduk di atas pahaku sambil menusukkan rudalku ke guanya.
Kami terus bergumul hingga tanpa aku sadari kelaki-lakianku bangkit lagi. Kemudian aku balas keganasan Kania dan kini aku yang memintanya untuk kembali ke tempat tidur. Di tempat tidur, akulah yang aktif memberikan kenikmatan pada Kania. Sehingga Kania memancarkan lahar kenikmatan untuk terakhir kalinya.
Jam sudah menunjukan, angka 09.00, Kania minta diantarkan ke apartemennya.
“Mas, aku pulang dulu ya, takut bosku pulang. Besok kalau ada waktu dan Mas mau, aku hubungi Mas. Kita janjian lagi,” katanya.
Pada pukul sebelas malam aku mendapatkan calling dari salah satu produksi sinetron untuk menggunakan Kania sebagai salah satu aktrisnya tahun ini. Artinya aku, sudah membayar puncak kenikmatan yang diberikan oleh Kania kemarin dengan lunas! Tamat
Diposting oleh Ceurapee di 08.28 0 komentar
Label: CERITA SEX, SEX STORY
Aku “Obat Awet Muda” Tante Erni
Kejadian ini terjadi ketika aku kelas 3 SMP, yah aku perkirakan umur aku waktu itu baru saja 14 tahun. Aku entah kenapa yah perkembangan sexnya begitu cepat sampai-sampai umur segitu ssudah mau ngerasain yang enak-enak. Yah itu semua karena temen nyokap kali yah, Soalnya temen nyokap Aku yang namanya Tante Erni (biasa kupanggil dia begitu) orangnya cantik banget, langsing dan juga awet muda bikin aku bergetar.
Tante Erni ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Erni ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Erni inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet).
Biasanya Tante Erni kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Erni ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.
Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Erni ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih). Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Erni malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.
Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Erni pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung. Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Erni mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Erni di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.
Lalu Tante Erni menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Erni, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Ernin ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.
“Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih”, kata Tante Erni sambil mulai berjongkok.
Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga. “Serr.. rr.. serr.. psstt”, kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Erni kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Erni boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Erni.
“Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet” kata Tante Erni.
“Ah enggak apa-apa Tante”, jawabku.
“Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?”, tanya Tante Erni.
“Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?” tanyaku.
Tante Erni cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.
“Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu”, kata Tante Erni.
Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Erni membiarkanku memegang-megang vaginanya.
“Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi”.
“Iyah Tante”, jawabku.
Lalu Tante Erni menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.
Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.
“Lex, kamu enggak ikut?” tanya mamiku.
“Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah” kataku.
“Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi” kata Mami.
“Erni, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin” kata Mami pada Tante Erni.
“Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok” kata Tante Erni.
Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Erni berdua saja di villa, Tante Erni baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.
“Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu?” tanya Tante Erni sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.
“Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa” kataku.
Tante Erni begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.
“Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah?” kelakar Tante Erni padaku.
Aku pun bingung, “Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?” jawabku polos.
“Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman” kata Tante Erni sambil memegang si kecilku.
“Ah Tante bisa saja” kataku.
“Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah” aku hanya diam saja.
Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Erni, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, “Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante”
“Enggak apa-apa, tanggung kok” kata Tante Erni sambil menurunkan celanaku dan CDku.
Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.
“Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah”
“Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya” kataku polos.
“Iyah kamu tenang saja yah” kata Tante Erni.
Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.
“Achh.. cchh..” aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Erni yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Erni hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.
“Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih” kataku.
“Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok” kata Tante Erni.
Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Erni karena Tante Erni tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.
“Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener ” kataku sambil meremas vagina Tante Erni yang kurasakan berdenyut-denyut.
Tante Ernipun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.
“Croott.. ser.. err.. srett..” muncratlah air maniku dalam mulut Tante Erni, Tante Erni pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Erni berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Erni lembab dan agak basah.
“Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan?” kata Tante Erni.
“Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante..”
“Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?”
“Enggak Tante”
Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Erni.
“Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih”. Aku jadi salah tingkah
“Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti” katanya padaku.
“Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi” pintaku pada Tante Erni.
Tante Erni pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Erni basah entah kenapa.
“Tante kencing yah?” tanyaku.
“Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampai-sampai celana dalam Tante basah”.
Dilepaskannya pula celana dalam Tante Erni dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Erni duduk di sampingku
“Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap” katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Erni dengan tangan yang agak gemetar, Tante Erni hanya ketawa kecil.
“Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih” kata Tante Erni.
Dia mulai memegang penisku lagi, “Lex Tante mau itu nih”.
“Mau apa Tante?”
“Itu tuh”, aku bingung atas permintaan Tante Erni.
“Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?”
“Tapi Alex enggak bisa Tante caranya”
“Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah” kata Tante Erni padaku.
Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Erni yang di tumbuhi bulu halus.
“Lex jilatin donk punya Tante yah” katanya.
“Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi”
“Coba saja Lex”
Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Erni di atas dan tanpa pikir panjang Tante Erni pun mulai mengulum penisku.
“Achh.. hgghhghh.. Tante”
Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Erni tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Erni seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Erni sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Erni dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.
Tante Erni pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Erni menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.
“Kamu tahu enggak mandi kucing Lex” kata Tante Erni.
Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Erni pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Erni pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.
Kulihat payudara Tante Erni mengeras, Tante Erni menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Erni. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Erni, langsung Tante Erni kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Erni seperti menjilati es krim.
“Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex” kata Tante Erni sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.
Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Erni tanpa sengaja tertelan olehku.
“Lex masukin donk Tante enggak tahan nih”
“Tante gimana caranya?”
Tante Erni pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Erni naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Erni pun mengejang hebat.
“Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh” erang Tante Erni.
Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Erni. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Erni mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya. Kurasakan Tante Erni sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Erni tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.
“Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya” pinta Tante Erni padaku.
Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Ernipun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.
“Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg..” kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.
“Tante Alex kayanya mau kencing niih”
Tante Erni pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Erni pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.
Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Erni menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Erni yang hebat. Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Erni, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Erni di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Erni. Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Erni, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.
“Lex kamu sudah baikan?” tanya Mamiku.
“Sudah mam, aku sudah seger n fit nih” kataku.
“Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampai-sampai langsung sehat” tanya Mami sama Tante Erni.
“Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas” kata Tante Erni.
Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Erni yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Erni.
Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Erni bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Erni. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali. Kini Tante Erni sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Erni ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Erni.
Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Erni bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Erni yang nasibnya sama seperti Tante Erni, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.
Tamat
Diposting oleh Ceurapee di 08.27 0 komentar
Label: CERITA SEX, SEX STORY
Kenikmatan dengan ABG
Aku kuliah di suatu perguruan tinggi swasta di Malang, yang mana cerita berawal dari Perkenalanku dengan seorang gadis SMU, gadis ini bernama Naning (panggilannya). Kuakui sangat cantik sekali karena yang kutahu banyak sekali yang suka dengannya. Perkenalanku dengannya berlanjut sampai aku mendekatinya, setelah kutahu dia sudah memiliki pacar. Tapi dalam kamusku aku harus bisa mendapatkannya, karena aku sudah terlampau jauh dan tidak ingin kehilangan dia. Namanya otak kotor sudah banyak sekali di otakku, maka dia kuhasut untuk meninggalkan pacarnya. Tapi namanya mungkin keberuntunganku dia ternyata meninggalkan sang pacar.
Berawal setelah meninggalkan pacarnya, dia sudah dekat denganku dan dalam genggamanku. Berjanji ketemu di rumahnya setelah pulang sekolah, dia kujemput untuk kuajak ke kontrakanku. Setelah sampai di rumahku, kami langsung menuju kamarku untuk bercerita masalah-masalah yang dialaminya. Setelah beberapa waktu kami bercerita, tanpa disadari aku menatap buah dadanya yang begitu padat yang membuat pikiran kotorku mulai bekerja. Kulit putih tinggi semampai selalu menggerogoti otakku untuk menyentuhnya. Aku takut untuk memulainya, tapi dia mulai berkata, “Mas.. kalau di rumah ngapain aja?” tanyanya sambil menatap mataku. Yang kutahu matanya itu memiliki magnet yang sangat besar untuk menarikku. Aku menjawab, “Yaa.. pulang kuliah langsung tidur lagi,” kataku sambil aku mendekat untuk mencium harum tubuhnya. Rupanya entah kenapa nafsuku sudah tak bisa aku bendung, aku makin mendekat. Naning merasa kudekati dan berkata, “Mas kok gelisah sekali sih?” Aku menjawab sambil menahan, “Si Dul berganti posisi duduk.”
Tanpa kusadari Naning melihat ke arah “Dul” punyaku, langsung berkata, “Ehh.. itu Mas kok keliatan?” Aku malu, tapi dia tertawa. Karena sudah ketahuan aku mendekatinya dan langsung kusergap bibirnya yang merah ranum, rupanya dia juga merasakan apa yang kurasakan. Tanpa basa-basi kami sudah larut dalam ciuman yang sangat panjang. Tanganku mulai meraba kedua buah dadanya yang padat, dan tangan satunya ke arah kepala membelai rambutnya yang hitam panjang. Merasa sesuatu ada yang menyentuh buah dadanya, Naning mulai mengeluarkan suara yang kurasa adalah kenikmatannya. Aku tidak berhenti melakukan gerilya di sekujur tubuhnya, sampai aku membuka satu persatu pakaiannya. Dari baju kubuka terlihat buah dada yang padat berisi ditutupi oleh kutang berwarna merah muda, kedua tanganku beralih ke belakang tubuhnya untuk melepas BH-nya, karena aku sudah tidak tahan lagi untuk menjilati buah dadanya.
Setelah terlepas, aku hanya bergumam dalam hati, wah ini baru namanya buah dada, putingnya yang merah muda kecil yang seperti buah cerry langsung kulumat. Naning langsung menjerit seakan terbang ke awan. Wajahku bergantian ke kanan dan ke kiri untuk melumat buah dadanya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk membuka celana jeans-nya. Aku takut juga, dikira laki-laki kurang ajar, namanya otak kotor, ya aku langsung saja melepas kancing celananya dan dia meneruskan membuka celananya. Jantungku berhenti sejenak untuk menyaksikan kulit putih yang ada di hadapanku, sekali lagi aku bergumam, aduh mulusnya tubuh putih ini. Tanpa pikir panjang aku langsung membuka seluruh pakaianku. Dia berkata, “Cepet Mas.. aku udah gak tahan!” dengan nafas terputus-putus. Membuatku sedikit tergesa-gesa melepaskan pakaianku, mungkin dia tidak ingin melepaskan kenikmatan yang baru didapat. Dia terkejut melihat si “Dul” punyaku yang besar sekali, sambil berkata, “Wahh.. Mas.. kok besar sekali?” Aku menjawab, “Akh masa sich?” sambil aku menindihkan tubuhku di tubuhnya.
Disambut dengan kecupan bibir mungilnya, aku mulai kembali melakukan agresi ke bagian kemaluannya yang berbulu tipis lembut. Jariku mulai mengarah ke rerumputan di sekitarnya dan kulihat matanya berkedip-kedip menahan nikmat yang dirasakan. Pinggulnya mulai bergoyang ke kiri dan ke kanan seakan ingin mengarahkan jari-jariku untuk masuk ke tempat yang lebih dalam. Begitu jariku mulai meniti ke arah yang lebih dalam, kurasakan jariku basah oleh cairan yang aku sendiri tak tahu. Mungkin itulah kesimpulanku adalah cairah dimana seorang wanita mulai terangsang. Semakin lama aku bermain, semakin dia bergerak lebih agresif dengan mengepitkan kedua pahanya dan tanganku kurasakan tak dapat bergerak oleh hempitan kedua pahanya yang sangat mulus. Hingga saat yang tak kuduga dia mengeluarkan suara tersendat-sendat dengan seluruh tubuh mengejang. Naning berkata, “Akh.. Mass.. aku keluarr..” dengan ucapan yang tak ada hentinya dan kata terakhir yang panjang, “Aaahh..” dan seluruh tubuhnya mulai melemah.
Aku tak mau kalah dengan situasi seperti ini, karena akulah yang ingin sekali merasakan kenikmatan tubuh mulusnya itu. Dengan senjataku yang telah siap untuk mencari mangsa dan siap untuk diberi tugas. Dengan mata yang tegang dia melihat ke arah “Dul”-ku, seperti ingin melahap apa yang ada di hadapannya. Naning bergumam, “Mas.. kok besar sekali?” seperti orang terkejut. Aku tak ambil pusing mau besar atau kecil langsung kutancap gas saja, secara perlahan mulai kuarahkan “Dul”-ku ke kemaluannya, tapi aku susah sekali untuk memulai karena mungkin baru pertama kali ini dia melakukan berhubungan layaknya suami istri. Kubuka kedua belah kakinya sehingga tampaklah sosok yang belum pernah kulihat. Akhirnya dia yang mengarahkan senjataku untuk masuk ke kemaluannya. Sedikit demi sedikit kutekan secara perlahan dan dia mengeluarkan desisan yang membuat badanku seperti bersemangat. Dengan bibir digigit dia menahan rasa, entah sakit atau kenikmatan tapi yang kutahu dia mengeluarkan kata “Sstt.. aakkhh.. terus Mass..” begitu terus, sampai kata-katanya berlanjut dengan.. “Aku pingin yang lama Mass..” permintaannya harus kupenuhi dan aku juga tak ingin membuang-buang kesempatan seperti ini.
Dengan kedua tangannya di punggungku, dia melakukan gerakan-gerakan yang membuat permainan ini semakin terasa nikmat. Aku makin bersemangat bergerak maju dan mundur secara perlahan-lahan, semakin terasa “Dul”-ku mudah melakukan gerakan maju-mundur di dalam vaginanya, maka semakin kencang dan nikmat aku beradu untuk mencapai kenikmatan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Setelah beberapa saat aku merubah gaya bermainku dengan kedua kakinya kuangkat tinggi di bahuku. Dan permainan berlanjut dengan desahan-desahan nikmat. Kuperhatikan wajahnya sepperti menahan sakit atau apa, kedua tangannya menggenggam seprai kasur dan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil mengeluarkan kata-kata yang tak menentu, “Aaakkhh.. Mass.. jangann.. di.. lepass.. yang kuatt.. Mass.. aahhkk.. akuu.. udahh.. gaakk.. tahaann nihh.. aduhh.. Mass.. enakk Mas..” dan dia mengecupkan bibirnya di keningku. Keringat mulai keluar di sekujur tubuhku dan dia tak kuhitung berapa kali si “Dul” keluar masuk ke vaginanya. Tanganku yang tak pernah berhenti memutar, menekan dan meremas buah dadanya bahkan sekali-kali aku melumatnya dengan nafsu yang membara, dia pun setengah berteriak, “Aahk.. Maass.. uuhggk.. Mass.. eemmhh..” begitu seterusnya.
Dan aku merasakan ada sesuatu yang menjepit keras di kemaluanku, rupanya dia sudah akan mencapai puncaknya. “Aaahhkk.. Mas.. aku.. keluar Mas.. aahhkk.. uughh.. Maas..!” sambil memeluk erat tubuhku dan terasa kuku-kukunya mencabik pundakku. Aku hanya mendesis sejenak, setelah dia sudah keluar, aku mulai dengan kegiatanku semula. Secara perlahan aku mulai menggoyangkan pinggulku maju-mundur secara teratur, dia merasakan kesakitan atau kenikmatan aku tak tahu, yang jelas dia ingin ekali lagi mengulanginya. Aku menyuruhnya berganti posisi. Dia sekarang berada di atasku dan kulihat “Dul”-ku masih berdiri tegak menanti adanya sentuhan halus bulunya. Kedua kakiku kuluruskan, Naning mulai dengan membengkangkan kedua pahanya dan tangannya meraih “Dul”-ku dan memasukkan ke dalam vaginanya. “Blep..” begitulah kira-kira antara pertemuan dua kemaluan yang sangat cocok sekali seperti mur dan baut.
Dengan perlahan dia menggoyangkan pinggulnya ke atas dan bawah, “Aaahhkk.. eemmhh.. enaknyaa Mas..” sambil kedua tanganku membelai kedua buah dadanya dan sekali-kali kulumat salah satu dari buah dadanya itu. Rupanya Naning merasakan lain dari yang pertama yang dirasakannya. Ini kulihat dia lebih bersemangat dengan menggoyangkan pinggulnya yang indah bagaikan body gitar. Aku mulai tidak tahan dengan irama permainannya yang sungguh nikmat sekali. Tangannya menarik kepalaku dan menyuruhnya mencium buah dadanya, aku menurut saja apa yang ingin dia lakukan dan itu rupanya berhasil. Sampai saatnya aku akan ejakulasi, kuberi tanda kepada Naning bahwa aku akan keluar. Naning pun tak ingin menyia-nyiakan usahanya untuk mencapai orgasme lagi dan berucap,
“Ssst.. aahk.. Mas.. bareng yaa.. aku juga akan keluar.. teruss.. Mas cium teruss.. Mass.. aahhkk..”
Sambil aku berhitung, “Satu..”
“Aaahkk..” ucapnya.
“Dua..”"Uuughh Mass.. iiyaa.. Mass.. aakuu.. aakkhh..”"Tii.. gaa..”
Kami bersama-sama mengeluarkan kata, “Aaahkkggk..” dan berpelukan erat sekali seperti tak ingin menyiakannya, si “Dul” memuntahkan laharnya. Naning masih terus menggoyangkan pinggulnya.
Sampai akhirnya kami lemas terkulai berdua, dan setelah itu dia menciumku dengan penuh rasa sayang. “Wah.. Mas.. kamu hebat sekali yaa.. seperti berpengalaman saja.” Aku hanya menjawab, “Enggak ah..” dan hari-hari selanjutnya kami selalu menghabiskan waktu berdua. Tanpa ada hambatan aku melakukannya dimana saja, kapan saja, kalau ada kesempatan kami melakukan di rumahku atau di rumahnya.
Tamat
Diposting oleh Ceurapee di 08.27 0 komentar
Label: CERITA SEX, SEX STORY